Sabtu, 01 Desember 2012

cinta guru (memperingati HUT PGRI)


           Cinta adalah hal dimana sesuatu itu diberikan kepada orang dan tidak mengharapkan sesuatu itu kembali, seperti apa yang diberikan orang tua kepada anaknya dan guru kepada peserta didiknya. Guru tidak mengharapkan balas jasa atas apa yang ia berikan karena ia adalah pahlawan tanpa tanda jasa, ia memberikan cintanya, kasih sayangnya, waktunya, dan membagikan ilmunya kepada peserta didiknya dengan benar dan berharap peserta didiknya dapat menerimanya dan menggunakannya dengan sebaik mungkin juga dapat berguna bagi masa depannya.
           Guru adalah seseorang yang sangat berjasa dalam dunia pendidikan. Ada banyak penghargaan yang diberikan kepada guru, bahkan ada beberapa artikel dan beberapa jenis karangan yang mengatakan bahwa guruku inspirasiku dan masih banyak lagi tulisan-tulisan bertemakan guru. Banyak hal yang dilakukan oleh guru sehingga guru pantas mendapatkan penghargaan-penghargaan tersebut atas usahanya mempersiapkan generasi penerus bangsa, negara, dan agama.
           Guru bagai pelita dalam kegelapan dunia pendidikan yang sekarang sangat minim, tanpa guru yang menjadi pembimbing dan  pemberi ilmu, pendidikan tidak akan berjalan dengan baik karena guru adalah motivator dan ispirator terbesar dalam proses penyampaian ilmu. Guru memiliki sifat penyayang dan pembimbing yang baik dan akan terus berusaha mengarahkan anak didiknya dalam meraih cita-cita yang di impikan oleh peserta didiknya. Begitu banyak sifat-sifat peserta didik yang terkadang membuat marah, kesal, bahkan sedih tapi seorang guru tetap sabar menghadapi semua itu meskipun terkadang harus menahan semuanya dan meneteskan air matanya bahkan harus tetap tersenyum dan sabar dalam mengajar meski dia memiliki banyak masalah yang menimpanya, ia adalah orang yang sangat tahu memisahkan antara kepentingan pribadi dan kepentingan peserta didiknya, bisa menjadi pendengar dan pencari solusi terbaik bagi peserta didiknya bahkan ia harus mengorbankan kepentingan pribadinya demi kepentingan peserta didiknya.
            Selama perjalanan sejarah pendidikan, gurulah satu-satunya orang yang berperan penting di dalam sejarah tersebut walaupun masih didukung oleh keluarga masing-masing peserta didik. Guru bagaikan orang tua bahkan bisa dikatakan orang tua ke dua atau orang tua bagi peserta didiknya selama dia berada di lingkungan pendidikan, setiap peserta didiknya diperlakukannya seperti anaknya sendiri. Cinta yang ia berikan akan sebanding dengan cinta orang tua jika disertai dengan ketulusan dan rasa tidak membedakan, kerja kerasnya dan usahanya akan sebanding dengan jasa para pahlawan yang memperjuangkan negara karena guru adalah pahlawan dalam dunia pendidikan dalam meningkatkan pendidikan bagi setiap orang yang berhak mendapatkan ilmu.
         Guru mengemban beban berat dalam pekerjaannya, dimana ia sangat bertanggung jawab dalam kesuksesan peserta didiknya baik dalam karir juga sosialnya. Ia harus bisa menyampaikan ilmu yang ia miliki dengan benar agar para peserta didiknya dapat memahaminya. Ia menjadi acuan dan panutan para peserta didiknya dalam berperilaku dimana guru dituntut harus berperilaku baik dan dapat menjadi teladan karena ia tidak hanya menjadi motivator dan inspirator dalam ilmu pengetahuan tapi juga dalam pengetahuan moral, akhlak dan lain sebagainya. Ia mencerminkan teladan yang baik dan berusaha mencintai peserta didiknya dengan baik dimana terkadang ada beberapa peserta didik yang tidak mendapatkan hal tersebut didalam keluarganya karena tuntutan zaman dimana uang menjadi raja atas segalanya sehingga banyak orang tua yang lebih banyak menghabiskan waktunya diluar rumah untuk kerjaannya dan tidak sempat memberikan cinta dan kasih sayang tersebut.
            Atas apa yang diberikan guru pada peserta didiknya, rasanya sangat kurang penghargaan-penghargaan yang diberikan padanya, bahkan rasa hormat dan pujian yang diberikan padanya belumlah sepadan dengan apa yang diberikannya pada peserta didiknya. Guru adalah pahlawan yang harus selalu dikenang selama perjalan hidup manusia, karena tanpa guru, dunia ini akan penuh dengan kebodohan serta kebutaan dan ketulian akan ilmu pengetahuan.
            Atas cintamu guru, beribu ucapan terimakasih di persembahkan padamu dan jasamu akan selalu dikenang sepanjang masa.

Senin, 26 Maret 2012

Diary Galau


 17 Mei 2008

Hidup seperti air yang mengalir..
begitu juga cinta..
dsan cinta bisa datang kapan aja..
diamana aja..

keinginan adalah sesuatu yang berharga
keinginan bisa memacu seseorang untuk maju
karena dengan terkabulnya keinginan,,
seseorang akan merasa sangat bahagia

18 Mei 2008

cinta dan kebencian
adalah hal yang nggak bisa dipisahkan
bahkan perbedaannya pun sangat-sangat tipis
hingga akhirnya cinta akan memenangkan segalanya...

kebohongan adalah hal yang palimg menyakitkan..
disaat kebohongan itu ada dalam cinta
maka semuanya akan berubah..
tapi..karena cinta yang tulus
semuanya akan kembali menjadi bahagia..

19 Mei 2008

memori yang indah..
mimpi yang tak terlupakan..
...adalah kasih sayang

ketika cinta memanggilmu..
maka dekatilah dia walau jalannya terjal berliku
ketika cinta memelukmu..
maka dekaplah dia walau pedang disela-sela sayapnya melukaimu

 +'+'+,,+'+'+            cinta ini..
'+'+'+"+'+'+'            kubingkiskan hanya untukmu
 '+'+'+'+'+'
    '+'+'+'
       '+'

23 Mei 2008

Pengalaman adalah pelajaran bag kita,,
jangan sampai kita melakukan kesalahan untuk yang kedua kalimya..
tapi..jangan jadikan pengalaman membuat kita takut untuk mencoba sesuatu atau berbagai hal..
karena tak selamanya pengalaman itu meninggalkan luka dan kesedihan..

lupakan masa lalu..
dan teruslah maju..
jangan pernah menoleh kebelakang..
karena banyak kesedihan disana..
tapi pandanglah jauh kedepan..
karena banyak kebahagiaan..
...menanti disana

jangan pernah pengalaman dijadikan beban..
tapi jadikanlah pengalaman sebagai sebuah pelajaran..

26 Mei 2008

Kematian memang akan merenggut hidup,,
tapi kematian tidak akan pernah merenggut cinta.,
karena cinta akan terus mengalir dan tak akan berhenti, walaupun ajal menjemput,,
karena cinta yang abadi.... untuk selamanya

28 Mei 2008

Persahabatan adalah hal paling berharga,. begitu juga dengan cinta..
Keduanya adalah hal yang dimiliki setiap orang..
tapi disaat harus memilih antara cinta dan persahabata...pasti sangat sulit
karena tak ada orang yang ingin kehilangan keduanya..

31 Mei 2008

Terkadang hal yang terjadi tidak sesuai dengan yang kita harapkan.,
tapi ada hal lain yang mungkin terjadi,. karena Tuhan akan menggantikan sesuatu yang telah hilang..

4 Juni 2008

Cinta itu ada disetiap sisi hidup kita,.
tergantung kita,,
dimana kita akan menempatkan cinta itu...

cinta itu sebenarnya indah..
walaupun terkadang cinta itu aneh..
cinta bisa membuat kita menangis dan tertawa..
tapi pada akhirnya cinta akan menentukan jalannya..

6 Juni 2008

Cinta bukanlah permainan..
cinta bukan suatu alat untuk kita..
..mencapai sesuatu

dan cinta tidak memandang latar belakang orang yang dipilihnya
karena cinta...
.... memiliki ketulusan

7 Juni 2008

cintailah orang yang mencintaimu
jangan cintai orang yang kau cintai
karena orang yang kau cintai
belum pasti bisa membahagiakanmu
tapi bisa jadi akan menyakitimu

cinta bukanlah hal biasa
tapi cinta adalah penyatu jiwa dan perasaan
dan hanya orang beruntung...
yang bisa merasakan..
perasaaan yang luar biasa itu

27 Desember 2008

Yang dikatakan cinta tu gini-gini aja!!!
1. liat
2. kenalan
3. tukaran no hp
4. sms an
5. pdkt
6. nge-date
7. nembak or ditembak
8. pacaran
9. berantem
10. putus
11. nangis
12. jomblo lagi
dan itu akan terus berulang sampai suatu saat nanti...




Jumat, 20 Januari 2012

Cerpen Cinta


KISAH SUCI


Langit sore yang cerah serta kicauan burung yang kembali kesarangnya, menggoda ku untuk pergi keluar rumah menghirup udara segar. Deburan ombak dipantai menyentuh bibir pantai seakan mengajakku berlari bersamanya. Kulangkahkan kakiku menuju pantai, ku telusuri tepian pantai yang panjang. Setelah lelah berjalan, aku duduk diatas pasir putih sambil melihat matahari senja yang akan segera kembali keparuduannya dan siap untuk diganti rembulan yang cantik.
Kuedarkan pandanganku ke sekelilingku, sampai akhirnya pandanganku terhenti pada sosok pria yang berdiri disebuah pelataran rumah yang tidak jauh dariku. Sinar senja yang indah membuatnya terlihat sangat tampan. Sungguh makhluk ciptaan Allah yang sangat indah.
Akhirnya, dia menyadari bahwa dia sedang diperhatikan. Dia memandangku dan tersenyum dengan manis, terlihat ketulusan dari senyum itu. Ku balas senyum itu dengantulus. Tanpa terasa, matahari telah tenggelam dan hari pun sudah mulai gelap, aku akhirnya kembali kerumah dengan terus mengagumi sosok itu.
***
Aku terbangun saat mendengar azan subuh berkumandang. Kulangkahkan kaki ku keluar untuk mengambil wudhu. Setelah selesai shalat aku putuskan untuk jalan-jalan keluar menghirup udara pagi yang segar, ketika sampai dipantai aku mencoba mencari sosok pria yang aku temui kemarin dan aku tidak menemukannya. Ada sedikit rasa kecewa dalam hatiku karena tidak menemukannya pagi ini.
***
Sore harinya, aku pergi lagi kepantai. Tiba-tiba ada sebuah suara mengagetkanku.
“Senja yang indah ya?”
“Iya” Aku menjawab sambil menoleh kearahnya.
“Boleh tahu namanya siapa?”
“Boleh, aku Suci.” Kataku sambil mengulurkan tanganku padanya.
“Aku Ditya” Jawabnya sambil menjabat tanganku.
Perkenalan aku dan dia disaksikan senja yang indah dipantai ini.
***
Dari hari ke hari, aku dan Ditya semakin dekat. Selain sering bertemu dipantai, kami juga terkadang berkomunikasi melalui handphone.
Ditya memiliki seorang sepupu laki-laki bernama Rio. Ternyata Ditya kekota ini hanya untuk sesekali disaat dia libur sekolah, karena jarak kotanya dan kota ini hanya menempuh waktu 3 jam. Dan Ditya disini tingga dirumah sepupunya bersama tante dan omnya.
Aku semakin mengenalnya sebagai pribadi yang baik, ramah, dan perhatian. Aku juga mengetahui bahwa dia memiliki akidah yang berbeda denganku. Aku sama sekali tidak mempermasalahkan perbedaan itu, menurutku agama tidak melarang untuk salimg mengenal dan berteman.
Ditya memiliki sifat yang sedikit manja, mungkin karena dia adalah seorang anak tunggal dikeluarganya. Disaat kami dipantai, terkadang dia bermain bersama anak-anak kecil yang juga sedang bermain dipantai.
***
Disuatu senja ku dan dia duduk dipantai, menikmati senja sembari melihat anak-anak yang mandi ditepi pantai. Tiba-tiba dia mengungkapkan perasaannya padaku.
“Ci, aku menyukaimu. Dari awal aku mengenalmu aku sudah menyukaimu. Kamu maukan jadi pacar ku?”
Aku terdiam cukup lama, memikirkan perkataannya tadi. Aku masih terus berfikir sambil melihat kearah anak-anak yang sedang bermain dipantai. Aku menarik nafas cukup panjang hingga akhirnya aku putuskan untuk menjawab pertanyaannya dengan sebuah anggukan pertanda aku menerimanya.
Dia sangat senang dengan jawabanku. Dia tertawa dan berteriak sambil berlari menuju anak-anak yang sedang bermain dibibir pantai. Aku hanya tertawa melihat tingkahlakunya yang sedikit kekanak-kanakan. Tapi aku menganggap itu adalah hal yang wajar sebagai pelampiasan emosi bahagianya.
Kami menghabiskan waktu senja dengan bermain bersama anak-anak kecil yang juga sedang bermain disitu, sampai matari tenggelam dan langit pun gelap, hanya ada bias-bias cahaya matahari yang telah tenggelam menghiasi langit sore.
***
 Aku dan Ditya masih terus melihat senja dipantai selama kami pacaran. Sekarang setiap akhir pekan, Ditya selalu pergi mengunjungiku. Tidak pernah sekalipun dia tidak datang kekota ini, menemani ku melihat senja di pantai. Selama dia di kotanya pun, tidak pernah kami berhenti berkomunikasi, setidaknya untuk saling menanyakan kabar. Ketika dia berada di kota tempat ku tinggal, sesekali dia berkunjung kerumah ku. Sebenarnya hubungan kami bisa terbilang hubungan backstreet, karena tidak ada orang yang tahu tentang hubungan ini selain sepupunya.
Hubungan kami berjalan dengan bahagia. Sudah sebulan lebih aku dan dia menjalani hubungan ini. Aku dan dia tidak pernah terganggu dengan agama kami yang berbeda, aku dan dia tetap menjalankan aktivitas keagamaan kami tanpa harus saling mengganggu, bahkan dia pernah berkata bahwa jika aku dan dia menikah, dia rela pindah akidah. Aku sangat senang dengan perkataannya itu. Aku sangat berharap hubungan ini akan berjalan dengan baik bahkan sampai ke jenjang yang lebih serius. Karena menurutku dia adalah calon pasangan yang baik, selain dia baik, dia juga baik, dan selama ini aku belum menemukan atau merasakan kesalahan fatal darinya.
Aku merasa dia sangat menyayangiku begitupun aku. Sehingga aku sama sekali tidak pernah berfikir bahwa dia akan meninggalkan apalagi dengan cara yang tidak baik. Tapi ternyata apa yang aku fikirkan tidak sesuai dengan apa yang terjadi.
Dering hp ku berbunyi, ada sms masuk. Aku ambil hp ku yang berada diatas meja belajarku dan ku lihat dilayar hp ternyata namanya yang terlihat, menandakan bahwa sms tersebut dari dirinya. Ku buka sms tersebut dengan perasaan bahagia karena sudah hampir seminggu ini dia tidak ada menghubungiku.
Saat kubuka sms darinya, betapa terkejutnya aku karena sms tersebut dari seorang cewe yang mengaku pacar Ditya. Dia menanyakan apa hubunganku dan Ditya sebenarnya dan dia juga memintaku menjahui Ditya. Aku sangat-sangat syok membaca sms itu, orang yang selama ini aku percaya dan sayangi ternyata sanggup untuk membohongiku. Aku masih belum percaya dengan sms itu, akhirnya aku tanyakan mengenai hal itu pada Rio. Awalnya dia selalu mengelak dan berkata bahwa itu tidak benar, tapi karena aku terus memaksa akhirnya dia mengatakan bahwa itu semua benar. Ditya mempunyai pacar lain di kota tempatnya tinggal. Cewe itu bernama Risa, dia satu sekolah dengan Ditya. Dan hubungan mereka sudah cukup lama bahkan sebelum Ditya menjalin hubungan denganku. Aku benar-benar terkejut, bagaimana bisa aku tidak menyadari hal itu, bagaimana bisa dia tega menjadikan aku selingkuhannya. Akhirnya aku putuskan pulang kerumah dalam keadaan hati yang hancur. Tapi sebelum aku benar-benar beranjak dari tempatku duduk bersama Rio, dia berkata bahwa Ditya benar-benar menyayangiku dan tidak bermaksud menyakitiku. Aku sama sekali tidak perduli dengan perkataan itu, hati terlanjur merasa sakit karena apa yang kuyakini selama ini ternyata salah.
***
Hari sabtu sore Ditya sudah berada di kota tempat ku tinggal dan menemuiku dipantai, seperti biasanya. Aku sama sekali tidak memperdulikan kedatangannya. Aku hanya diam terpaku sambil terus menatap senja.
“Ci, apa kabar?”
“Baik”
“Maaf selama seminggu ini aku tidak menghubungimu karena aku sangat sibuk. Banyak tugas sekolah yang menumpuk.”
Aku hanya diam, tidak menanggapi perkataannya. Aku tidak membutuhkan penjelasan itu, tapi yang aku perlukan adalah penjelasan mengenai masalah kemarin. Apa dia tidak tahu atau berpura-pura tidak tahu?
“Dit, aku mau kita mengakhiri hubungan ini. Aku tidak suka dengan orang yang berbohong”
“Maksud kamu Ci? Aku tidak mengerti.”
“Sudahlah Dit, kamu tidak perlu terus-terus berbohong. Aku sudah tahu semuanya.”
Aku berkata sambil menyerahkan hp ku padanya. Aku suruh dia membaca sms dari pacarnya kemarin. Aku melihat ada ekspresi terkejut dari raut wajahnya.
“Apa ini Ci?”
“Tidak usah berpura-pura tidak tahu Dit.”
Aku memalingkan wajahku darinya. Menahan rasa kesalku padanya.
“Ci, aku bisa jelasin semuanya. Ini tidak seperti yang kamu fikirkan.”
“Apa Dit? Tidak seperti apa yang kufikirkan? Ya, memang tidak seperti apa yang kufikrkan. Orang yang selama ini aku percaya dan ku sayangi dengan sepenuh hatiku ternyata tega berbuat seperti ini padaku. Benar-benar tidak seperti apa yang kufikirkan.” Aku berkata dan tanpa terasa air mata ku mulai jatuh membasahi pipiku.
“Ci, aku benar-benar minta maaf. Aku tidak bermaksud untuk membohongimu dan melakukan semua ini. Aku benar-benar sayang sama kamu dan aku sudah berniat memutuskan Risa.”
“Risa? Akhirnya kamu menyebut namanya juga.” Aku mencoba tersenyum. Ku hapus air mataku yang sedari tadi membasahi pipiku. Aku ambil hpku dari tangannya dan beranjak pergi.
“Ci, aku benar-benar sayang sama kamu. Aku tidak pernah mau hubungan kita berakhir. Aku akan memutuskan Risa.”
Aku menghentikan langkahku dan berbalik menatapnya. Aku melihat penyesalan di wajahnya tapi aku sudah benar-benar merasa sakit karena hal ini. Ini pertama kalinya aku benar-benar mencintai seseorang dan ini juga pertama kalinya aku merasakan sakit hati yang teramat sangat.
“Sudahlah Dit. Kamu tidak perlu melakukan apapun. Cukup akhiri hubungan ini dan kembali pada Risa. Dia adalah wanita yang tepat buatmu, bukan aku. Dan dia sangat menyayangimu. Hari ini, ditempat yang sama dimana kita memulai hubungan ini, aku menganggap hubungan ini sudah berakhir.”
Aku membalikan badanku dan berjalan kembali. Air mataku pun kembali menetes. Dia hanya berdiri terpaku menatap kepergianku tanpa mampu berkata sepatah katapun. Jujur, aku sangat-sangat menyayanginya bahkan sampai saat ini. Dan karena rasa sayangku itu, akhirnya aku benar-benar merasakan sakit seperti sekarang ini.
***
Karena hari sudah beranjak malam, Ditya memutuskan menginap di rumah sepupunya dan besok baru dia kembali. Keesokan harinya, dia kembali lagi membujukku dan mencoba mendapatkan maafku. Dia mendatangi rumah yang kebetulan hanya ada aku dirumah saat itu.
Dia kembali menjelaskan secara panjang lebar dan terus berusaha agar hubungan kami tidak berakhir. Aku sama sekali tidak menanggapinya. Aku sudah terlanjur kesal dan merasa tersakiti. Berkali-kali dia melakukan hal yang sama disertai kata maaf. Aku berkata bahwa aku memaafkannya tapi kalau harus menjalankan hubungan kami, aku benar-benar tidak bisa. Akhirnya dia menerima keputusanku dan kembali ke kotanya.
Gerimis mulai jatuh ke bumi membasahi tanah yang kering, seiring dengan kepulangan Ditya ke kota tempatnya tinggal. Akupun tidak bisa menahan air mataku yang sudah terlanjur menetes dipipiku. Ditya kembali kekotanya dengan membawa perasaanny disertai hujan yang terus membasahi bumi.
***
“Apa? Ditya sakit?”
“Iya Ci. Ditya sakit. Kemarin saat dia pulang dengan keadaan hujan, akhirnya dia jatuh sakit.”
“Kenapa kamu biarkan dia pulang?”
“Aku sudah mencoba menahannya tapi dia tetap mau pulang. Dia bilang tidak gunanya lagi dia disini. Lagi pula masih banyak tugas sekolahnya yang belum dia selesaikan.”
“Sekarang bagaimana keadaannya?”
“Kamu jangan khawatir Ci. Penyakitnya tidak terlalu parah, hanya sedikit demam.”
“Baiklah, sampaikan padanya agar cepat sembuh.”
Aku bingung, bagaimana dia bisa tetap memaksa pulang disaat hari hujan. Apa dia tidak bisa menunggu hujannya reda. Ah, sudahlah toh dia hanya demam. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku harus bisa menguasai hatiku dan membuatnya berhenti memikirkannya.
Aku tidak dapat melakukan apapun, sekuat tenaga aku mencoba melupakannya tapi dia semakin tidak bisa kulupakan. Aku sangat-sangat mencemaskannya. Aku tidak dapat melakukan apapun untuknya selain berdoa untuknya agar dia cepat sembuh dan selalu dilindungi oleh tuhan.
Keesokan harinya, aku mendengar dari Rio bahwa Ditya sudah sembuh, walaupun tubuhnya masih sedikit lemah namun dia sudah mulai menjalani aktivitasnya seperti biasa lagi. Aku merasa sedikit lega mendengar hal itu.
***
Diakhir pekan, Ditya datang lagi ke kota ini. Dia mencoba menjalani lagi hubungan pertemanan dengan ku, aku menerima niat baiknya dengan senang hati. Aku dan Ditya pun berteman lagi seperti sebelumnya. Perlahan rasa benciku padanya sudah mulai hilang, aku sudah bisa merasakan kebahagiaan yang sama lagi. Aku dengar darinya bahwa dia sudah memutuskan Risa. Aku sedikit tidak perduli dengan kabar itu, menurutku bagaimana hubungan dia dan Risa bukan lagi urusanku.
Malam ini, Ditya mengajak ku pergi kesebuah festival. Aku pun pergi bersamanya. Kami menghabiskan waktu bersama, bercanda dan bermain sampai akhirnya hujan turun membasahi bumi. Kami pun mencari tempat berteduh dan menemukan rumah untuk berteduh. Disana juga banyak orang-orang yang berteduh dari hujan seprti kami. Ramainya orang berdesak-desakan untuk berteduh membuatku tidak sengaja dekat, bahkan sangat dekat pada tubuhnya, hingga akhirnya dia benar-benar memelukku. Ini pertama kalinya aku dipeluknya, berada sangat dekat dengannya. Bisa merasakan detak jantungnya, jantungku pun berdetak dengan kencang.
Hujan pun perlahan berhenti, sedikit demi sedikit orang-orang mulai keluar dari rumah kecil ini. Aku dan dia pun keluar dan memutuskan untuk pulang kerumah karena kami rasa hari sudah mulai larut.
Dia mengantarkan aku pulang sampai kedepan pintu rumahku, mengucapkan selamat malam dan dia pun berlalu dari hadapanku diiringi gerimis yang perlahan menghampiri bumi lagi.
***
Keesokan harinya, aku dengar dia kembali kekotanya dikarenakan ada hal penting. Dia kembali dengan gerimis yang terus turun membasahi bumi. Semakin siang hujan semakin deras dan tidak berhenti hingga menjelang malam. Aku tidak bisa pergi kepantai untuk melihat senja, karena hari ini matahari seolah enggan untuk menyinari bumi.
Aku menghabiskan hari ku dengan terus memikirkannya. Aku selalu teringat akan kejadian tadi malam, saat aku berada di pelukannya. Bagaimana dia melindungiku. Tuhan, haruskah perasaan ini hadir lagi. Batinku bertanya dalam kebingunggan.
***
Sudah hampir sebulan aku tidak mendengar kabar tentangnya dan dia pun tidak pernah datang lagi kemari. Aku tidak bisa membohongi hatiku sendiri bahwa aku terus memikrkannya. Akhirnya, aku putuskan untuk bertanya pada Rio.
“Yo, Ditya apa kabar?”
“Kamu tidak tahu Ci, Ditya sakit. Sudah hampir sebulan ini.”
“Apa? Kenapa tidak ada yang memberi tahu aku? Dia sakit karena apa?”
“Maaf, aku kira kamu tahu kalau Ditya sakit. Aku baru saja pulang dari rumahnya. Seminggu yang lalu aku kesana. Penyakitnya kambuh, kemarin dia pulang hujan-hujan, tubuhnya tidak mampu menahan penyakitnya. Akhirnya dia jatuh sakit, awalnya hanya demam tapi semakin hari demamnya tidak juga sembuh. Akhirnya dia dibawa kerumah sakit oleh kedua orang tuanya dan dokter berkata bahwa penyakitnya kambuh. Aku pun tidak tahu apa penyakitnya, hanya saja kelihatannya parah.”
Aku syok mendengar hal itu, lagi-lagi air mataku jatuh membasahi pipiku. Aku terus menangis dan berdoa untuk kesembuhannya.
Setiap hari, aku selalu ingin tahu kabarnya. Aku selalu mencoba menelponnya tapi selalu tidak bisa, aku pun selalu bertanya pada Rio mengenai kabarnya. Aku benar-benar cemas dan khawatir, aku bingung bagaimana caranya agar aku bisa membantunya. Aku dengar bahwa penyakitnya semakin parah dan dia harus dibawa ke rumah sakit yang lebih canggih. Aku seakan tidak bisa berhenti menangis mendengarnya dan aku selalu berdoa agar dia cepat sembuh.
***
Hp ku berbunyi, aku melihat namanya tertera dilayar hpku. Aku senang melihatnya dan tidak sabar untuk mengangkatnya, mendengar suaranya. Segera ku ambil hp ku dan ku tekan tombol answer.
“Halo”
“Halo, ini Suci?” Suara seorang wanita yang kira-kira berumur 30 an diseberang telpon, aku sedikit terkejut mendengar suaranya.
“Iya, ini Suci. Maaf, kalau boleh tahu ini siapa?”
“Ini Mamanya Ditya. Suci, Ditya benar-benar sayang padamu. Selama dia sakit, dia selalu menyebut namamu. Selama ini pun dia selalu bercerita pada tante tentangmu.”
“Iya tante, Suci tahu dan Suci percaya kalau Ditya sayang pada Suci. Suci pun sayang padanya.”
“Kamu maafkan kesalahan yang pernah dilakukan Ditya padamukan?”
“Iya tante, Suci sudah memaafkannya dari dulu.”
“Syukurlah”
Diseberang telpon terdengar suara teriakan orang kesakitan dan aku sangat yakin bahwa itu suara Ditya, aku sangat mengenal suaranya. Kepanikan dan kecemasan lagi-lagi menyerangku. Aku lagi-lagi menangis, aku benar-benar sedih mendengar suaranya. Suaranya benar-benar seperti orang yang sakit teramat sangat, aku idak sanggup untuk mendengarnya.
“Tante, itu suara Dityakan?”
“.....” Tidak ada jawaban, hanya suara tangisan dan suara teriakannya yang semakin kuat dan semakin menggambarkan kesakitan yang aku dengar.
“Tante, tolong jawab Suci” Aku terus bertanya sambil menangis.
“Iya Suci, itu suara Ditya. Dia mempunyai penyakit yang sangat parah dan dokter memvonisnya tidak akan bisa bertahan lama.”
“Apa tante? Tante bercandakan, selama ini Ditya terlihat baik-baik saja?”
“Iya, dia memang selalu terlihat sehat. Apalagi setelah dia mengenalmu, dia benar-benar punya semangat hidup dan selalu terlihat ceria.”
‘Sebenarnya Ditya sakit apa tante?”
“Kamu tidak perlu tahu dia sakit apa. Yang kamu harus tahu hanya Ditya menyayangimu, dia tidak pernah berniat menyakitimu. Ditya mengirimkan barang-barang kesayangannya padamu. Kamu harus menerima barang-barang itu.”
“Iya Tante”
Kami berdua larut dalam tangisan kami masing-masing sampai akhirnya lagi-lagi aku mendengar teriakan Ditya lagi bahkan lebih keras dari sebelumnya, dan mamanya pun menjerit. Hingga sambungan telponpun terputus tanpa kata-kata. Aku panik, aku coba menghybungi nomor itu lagi tapi tidak bisa. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku masih terus berusaha menghubungi kembali nomornya tapi masih selalu tidak bisa. Semalaman aku menangis dan hujanpun perlahan turun seoalah tahu akan perasaanku.
***
Keesokan harinya aku terbangun dan aku mencoba menghubungi nomornya kembali tapi tetap tidak bisa. Aku putuskan untuk bertanya pada Rio, mungkin dia tahu sesuatu. Setelah mandi dan berganti pakaian, aku pergi kerumah Rio tapi rumahnya tertutup, tidak ada satu orangpun disana. Aku semakin panik, aku bingung apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku putuskan kembali kerumah. Aku terus memegang hp ku, aku berharap ada yang menelponku dan memberi kabar padaku mengenai keadaan Ditya. Tapi sampai hari malampun, aku tidak menerima telpon dari siapapun.
Kira-kira jam 8 malam, hp ku berbunyi. Dan itu nomor Ditya. Segera ku angkat telpon itu.
“Halo”
“...” Aku tidak mendengar suara orang menjawab, hanya saja aku seoalah mendengar suara orang-orang menangis.
“Halo, tante?”
“Halo Suci. Iya, ini Tante. Kamu sudah dapat kiriman Ditya?”
“Belum Tan.”
“Kemana barang-barang itu, Ditya sudah cukup lama mengirimnya.”
“Suci pun tidak tahu tante. Tante, bagaimana keadaan Ditya? Dia baik-baik sajakan?”
“Ditya...”
“Ditya kenapa tante?”
“Ditya...... Dia sudah meninggal Suci, Dia meninggalkan kita semua. Semalam waktu hubungan telpon terputus, saat itu Ditya benar-benar sekarat. Dia bahkan sempat muntah darah. Hanya saja mulutnya tidak berhenti menyebut namamu.” Mamanya berkata sambil menangis.
“Tidak mungkin tante. Ditya tidak mungkin ninggalin aku. Aku belum jawab pertanyaan dia,  dia harus dengar kalau aku sayang sam dia tante.” Aku berbicara sambil menangis dengan luka yang teramat dalam.
Sekarang aku benar-benar kehilangannya, sekarang aku merasakan luka yang teramat sangat melebihi saat aku mengetahui dia membohongiku. Aku benar-benar menangis semalaman, ditemani hujan yang turun dengan deras memecah keheningan malam.
***
Pemakaman Ditya dilakukan dengan baik di kotanya, jauh dariku. Aku hanya dapat berdoa dari rumahku. Gerimis di pagi hari pun mengiringi kepergian Ditya untuk selamanya.
Sebulan kemudian Papa dan Mama Ditya mengunjungi rumah Rio dan Mamanya juga pergi menemuiku. Dia memberikan ku sebuah sweeter, sweeter berwarna merah yang terlihat masih baru. Aku menerima sweeter itu dengan perasaan bingung. Ternyata, itu adalah sweeter Ditya, sweeter yang belum lama di belinya dan sweeter itu juga adalah sweeter kesayangannya. Aku memegang sweeter itu dan tanpa disadari air mataku menetes dipipiku.
Aku pergi ke pantai untuk melihat senja, setelah beberapa hari aku tidak melihat senja. Aku kenakan sweeter pemberian itu.
“Aku melihat senja lagi disini Dit, tempat dimana kita pertama kali bertemu, pertama kali hubungan kita berawal dan ditempat ini juga, aku akan melepaskanmu pergi. Pergilah dengan tenang Dit, aku menyayangimu, terimakasih atas apa yang telah kau berikan padaku selama ini. Namamu akan selalu ku kenang selamanya. Dan tempat ini akan menjadi saksi kenangan kita, selamanya....”
The End